Daily Archives: March 8, 2008

Temanku JA

kisah2 di Fatimatuzzahra

Aku dan JA setelah dua puluh tahun tidak ketemu.

Kekurangan bukanlah hambatan. Cita-cita dapat dicapai dengan perjuangan. Kata-kata itu bukan sekedar kata pepatah yang tidak ada isinya. Saya membuktikannya sendiri lewat teman karibku, sebut saja dia JA.

JA anak nelayan miskin di pantura. Ibunya adalah buruh nelayan yang penghasilannya pas-pasan. Untuk memenuhi kebutuhan hidup, Bapak JA merantau ke Jakarta sebagai tukang becak. Katanya penghasilan orang tuanya untuk makan sehari-hari saja tidak cukup.
Continue reading

Beli Makanannya, Mbak?

Masa remaja adalah masa mencari jati diri. Makanya tidak heran kalau banyak remaja yang sering bertingkah aneh-aneh. Gaya, pakaian, rambut, dan tingkah polahnya ‘nyleneh’ untuk menarik perhatian dan minta diakui. Dulu saya pun pernah mengalami masa-masa seperti itu. Masa di mana ketika aku tidak tahu ingin jadi apa.

Ketika semester satu aku ingin diangap gagah, ganteng, dan ‘smart’. Aku panjangkan rambutku. Mungkin satu setengah tahun aku tidak potong rambut. Aku pake gelang besi, gede lagi. Aku pake celana jin ketat. Badanku kurus, maklum anak kos-kosan.
Continue reading

Mengatasi Masalah Pengomposan Jerami

Praktek pembuantan kompos jerami oleh H Zaka, Ket. Gapoktan Sulih Asih, Cigombong, Bogor

Lihat lanjutan video ini di Video Praktek Pengomposan Jerami

Mengomposakan jerami gampang-gampang susah. Petani yang baru pertama kali mengomposkan jerami sering mengalami beberapa kendala. Kompos jerami yang petani buat sering tidak matang dan masih keras atau utuh. Kadang-kadang petani menjadi putus asa dan tidak mau lagi membuat kompos jerami. Padahal kompos ini sangat bermanfaat apalagi di saat harga pupuk semakin terbang tinggi.
Continue reading

Sekolah di SD Inpres

isroiWaktu SD aku sekolah di sebuah SD inpres, SD Cacaban 2 namanya. Letaknya di balik gunung sukorini dan jauhnya kurang lebih satu sampai satu setengah kilometer dari rumahku. SD Inpres maksudnya adalah SD yang dibangun atas Instruksi Presiden dan punya konotasi jelek. SD Inpres adalah SD untuk orang-orang tidak punya dan fasilitasnya pun sangat terbatas. Banyak teman-temanku waktu itu yang bersekolah tanpa memakai sepatu alias ‘nyeker’. Soalnya kalau pergi ke sekolah tidak boleh memakai sandal, tetapi anehnya kalau tanpa sepatu justru diperbolehkan.
Continue reading

BERANTEM

Karena NEM (Nilai Evaluasi Murni)-ku pas-pasan, akhirnya aku melanjutkan sekolah SMP di SMP luar negeri alias SMP swasta. Nama SMP itu adalah SMP Purnama. Sekolahnya masih dompleng dengan SMP Negeri 5 Magelang. Jam sekolah masuk mulai siang sampai sore, karena paginya digunakan untuk SMP Negeri. Jarak rumah dan sekolah kurang lebih 5 – 6 km. Aku berangkat dengan naik sepeda BMX milikku.
Continue reading